Rabu, 16 September 2009

Pengumuman Pelatihan APN Bulan Oktober

P2KS Prov.Kepri akan mengadakan pelatihan stadarisasi Pelatihan APN Bulan Oktober.
Angkatan IV : 12 Oktober - 21 Oktober 2009
Angkatan V : 26 Oktober - 5 Oktober 2009

Dengan Total Biaya Rp. 2.750.000

Untuk infomarsi lebih Lanjut hubungin : Lia, Hp : 08117044058

Senin, 15 Juni 2009

Minggu, 07 Juni 2009

Foto-foto pelatihan AK I, Kab. Lingga






Pergeseran Paradigma

Fokus Asuhan Persalinan Normal adalah persalinan bersih & aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya & kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih & aman serta pencegahan komplikasi selama & pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu & bayi baru lahir.
Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:
1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang Disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menetapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis & dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

2. Laserasi/ Episiotomi

Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu & seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.

3. Rentesio Plasenta

Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi & melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir & melakukan penegangan tali pusat terkendali.

4. Partus Lama

Untuk mencegah partus lama, Asuhan Persalinan Normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu & janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang & aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong & keluarga klien.

5. Asfiksia Bayi Baru Lahir

Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik & teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu & mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran & bernapas yang menguntungkan bagi ibu & bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat & adekuat bila terjadi asfiksia & mencegah hipotermia.

Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata & mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu & bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas & sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat & tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu & bayi baru lahir.

Peningkatan Kapasitas Bidan melalui APN

Tingginya angka kesakitan dan kematian bayi di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh pendarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran.sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut dapat dicegah melalui upaya yang efektif, salah satu caranya yaitu menyiapkan tenaga kesehatan terampil. Hal tersebut perlu didukung dalam suatu wadah struktur jaringan, yang secara khusus bergerak dalam aspek pelatihan di bidang kesehatan reproduksi.Menanggapi hal tersebut Departemen Kesehatan bersama organisasi profesi membentuk Pusat Pelatihan Klinik Sekunder (P2KS) di tingkat Provinsi yang bernaung dibawah JNPK-KR. Tim P2KS Provinsi Kepri telah terbentuk dan telah mendapatkan pelatihan APN di Jakarta. Diharapkan tim ini bukan hanya kumpulan fasilitator, tetapi juga harus meningkatkan kemampuan untuk menjadi Master of Trainer (MOT) berbagai pelatihan terkait pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya APN.Tim P2KS Provinsi Kepri telah mengadakan "Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bidan dalam APN" yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Kepri selama 10 hari tanggal 13-22 April 2009 di Tanjungpinang. Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan ini dapat diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu yang bersalin pada tahap persalinan oleh penolong dimanapun hal tersebut akan terjadi. Fokus Asuhan Persalinan Normal (APN)itu senidri adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Untuk itu pelatihan Asuhan Persalinan Normal dilaksanakan dengan sasaran utama adalah bidan-bidan yang masih memiliki pendidikan setingkat D1.